sepadan.

sya ᥫ᭡
1 min readAug 11, 2024

--

Photo by Marcella Marcella on Unsplash

Mini short story: Kembali Wudhu.

Sial, lagi-lagi ia mendesakku. Menggedor-gedor gerbang akhir, putus asa memaksa keluar.

Aku terdiam sejenak, mempertimbangkan. 3, 2, 1. Baiklah, aku tau harusnya jangan begini, tapi kali ini kubiarkan sajalah, ia memelas cukup meyakinkan. Aku yakin kali ini.

“Keluarlah,” ucapku sambil meringis, kondisinya pasti begitu buruk. Aku tidak akan sanggup menyaksikan kepergiannya sampai akhir.

Tapi tidak sedetik kemudian, kepercayaanku dihancurkan begitu saja. Ia membuka jubah yang menutupi dirinya. Mana sosok yang begitu memelas itu? Sosok yang begitu putus asa tadi? Menyebalkan. Raut wajahnya seperti menertawakan keputusanku. Aku tidak ingin menyesal lagi padahal.

Dasar, Kentut!

Kurelakan wudhu-ku yang berharga demi kentut sekecil ini? Padahal kupikir ia akan tampil seperti bom yang menggelegar dan mematikan tiap kehidupan di sekitarnya.

Sudahlah, lupakan saja.

Aku segera wudhu kembali.

Lalu, tunggu.

Aroma ini!

Wah, ternyata ia jujur apa adanya. Tak salah wajah putus asanya. Aroma ini Busuk Betul, Tuan! Ternyata penilaianku benar! Ini mahakarya luar biasa. Hasil makan tempe busuk ini sukses besar.

--

--