Birunya cantik tapi aku ingin menangis

sya ᥫ᭡
1 min readFeb 1, 2024

--

Photo by Larm Rmah on Unsplash

“Gimana keadaanmu sekarang?”

“Inshaallah I’m okay….”

Dua dari tiga jendela kubuka lebar-lebar seperti rutinitas, pikirku sayang jika melewatkan udara bersih pagi yang Tuhan hadiahkan untuk paru-paruku. Seperti rutinitas, aku menatap lantai hijau nan dingin itu dengan tatapan kosong.

“Setelah ini apa?”

Aku mengembuskan napas. Napas hangatku berhambur dengan udara dingin.

Bisik otakku mengingatkan rencana yang kubuat semalam, tapi tanganku dengan mulus meraih handphone yang sudah menghangat. Jemariku seperti tersesat, terus menyeret jempol ke atas dari bawah, lagi dari bawah ke atas sampai … sepertinya matahari sudah semakin naik.

Langit terlihat terik, silau kudapat saat menengok ke luar jendela. Suara serangga berisik saling bersahutan. Hari ini tidak terdengar gendang musik tetangga yang sepertinya tidak bisa menikmati musiknya jika tidak memaksimalkan volume pengeras suaranya, syukurlah, aku tidak perlu memendam kekesalanku lagi, setidaknya untuk hari ini.

“Birumu hari ini cantik, Langit.

“Tapi kenapa aku justru merasa begitu sesak di dada?”

— End.

--

--